Minggu, 06 Januari 2008

Menyikapi Anak Berbohong


Berbohong adalah menceritakan hal yang tidak benar secara sadar. Menurut Sri Rohmawati, psikolog lulusan Universitas Indonesia yang aktif di lembaga pendidikan islam Nurul Fikri, sebenarnya setiap anak pernah berbohong.

Beberapa macam kebohongan yang kerap ditemui pada anak adalah :
1. Penyangkalan Sederhana
Anak mengatakan sudah minum susu padahal belum.
2. Mengurangi atau melebihkan
Anak menceritakan kehebatan gurunya secara berlebihan,”Ibu guru aku dong bisa menggambar, terus bikin mainan robot. Besa…r sekali. Kita semua dibikinin robot sebesar rumah.”
3. Mengarang
Anak bercerita pada temannya bahwa ia sering naik pesawat terbang meski ternyata belum pernah melakukan sama sekali.
4. Membuat Tuduhan
Bila anak memecahkan gelas, misalnya ia mengatakan bahwa yang memecahkan gelas itu adalah adiknya dan bukakn dirinya.

Kenapa Berbohong ?

Ada beberapa alasan yang biasanya menyebabkan anak berbohong.
1. Meniru ‘model’ dalam lingkungannya.
Bila ibu seringkali menghindari tamu atau telpon dengan mengatakan, “Tolong kasih tahu ya, Ibu lagi tidak ada di rumah!” Sementara sang ibu sendiri tidak kemana-mana maka anak akan meniru kebohongan sebagai ‘kebolehan’.
2. Demi menghindari konsekuensi yang tidak menyenangkan. Biasanya berupa hukuman atau penolakan orang tua.
3. Untuk mencari perhatian.
4. Mempertegas kesan karena labeling.
Anak yang kerap dijuluki tukang bohong, justru akan bertindak sesuai labelnya itu.
5. Demi mendapatkan keuntungan.
6. Takut dimarahi karena gagal memenuhi harapan orang tua.

Apa yang dapat Dilakukan ?
1. Jadilah teladan yang baik untuk anak dalam kejujuran.
2. Berikan pujian dan penghargaan pada tindakan anak agar ia mengerti bahwa tidak perlu berbohong untuk mendapatkan pujian.
3. Ciptakan suasana yang membuat anak merasa nyaman untuk mengakui kesalahannya.
4. Rajin-rajinlah mencari fakta dari sumber lain, lalu konfirmasikan dengan anak.
5. Bantu anak mencari cara lain yang pantas untuk mendapatkan keinginannya.
6. Diskusikan masalah keadilan dan sportivitas dalam keluarga.
7. Jangan membebani harapan terlalu tinggi pada anak.
8. Tekankan pada anak bahwa anda sangat mencintainya dan menghormati prestasinya.

Berbohong memang tidak baik. Tetapi yang perlu diingat adalah anak yang berbohong tidak mesti membuatnya menjadi anak ‘nakal’ dan ‘jahat’. Itu semua tergantung bagaimana kita sebagai orang tua pandai menyikapinya.
(Disimpulkan dari majalah Ummi no. 6/XII Okt-Nop 2000/1421 H)